Kreatif! Generasi Muda Malang Olah Sampah Buah Jadi Ecoenzim untuk Selamatkan Bumi

Peserta pelatihan ecoenzim di Pendopo Kecamatan Singosari sedang memasukkan bahan hasil cacahan sampah buah ke dalam botol fermentasi.

Malangdata.com– Aksi Kepedulian terhadap krisis iklim terus tumbuh di kalangan generasi muda. Di Malang, anak-anak muda yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Muda RUMPUN (Ruang Mitra Perempuan) bersama pelajar MTS Al Ghozali Lawang menunjukkan aksi nyata dengan mengolah sampah buah menjadi ecoenzim, cairan serbaguna ramah lingkungan yang bermanfaat untuk rumah tangga hingga pertanian.

Hal itu terbukti pada Kegiatan yang berlangsung Jumat (13/9/2025) di Pendopo Kecamatan Singosari, diisi dengan pelatihan pembuatan ecoenzim oleh fasilitator RUMPUN dan aktivis lingkungan Redy Saputro dari Rumah Edukasi Creative, dibantu para kader Puan Muda. Mereka mengajarkan bagaimana sisa kulit buah bisa difermentasi menjadi cairan organik multifungsi, sekaligus mengurangi timbunan sampah rumah tangga.

“Anak-anak muda adalah agen pelopor perubahan. Mereka perlu mendapat edukasi dan inovasi kreatif agar peduli lingkungan. Ecoenzim ini salah satu cara sederhana mengubah sampah jadi berkah, sekaligus berkontribusi pada pengurangan emisi gas rumah kaca,” kata Nila Wardani, Direktur RUMPUN Malang.

Generasi muda Malang bersama pelajar MTS Al Ghozali Lawang serius mencacah sampah buah untuk diolah menjadi ecoenzim ramah lingkungan.

Menurutnya, ecoenzim hasil fermentasi sampah buah memiliki banyak manfaat: bisa digunakan sebagai pupuk organik, cairan pembersih rumah tangga, sabun organik, hingga pengusir hama alami. “Dengan cara ini, sampah organik tidak hanya berkurang, tapi juga menghasilkan produk yang bermanfaat,” tambah Nila.

Sementara itu, Sunarti, fasilitator lapangan RUMPUN, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak sekadar pelatihan teknis, tetapi juga penguatan kepemimpinan muda dan pemetaan tujuan jangka panjang. “Kami ingin generasi muda punya kesadaran kritis, keberanian, sekaligus keterampilan untuk menghadapi krisis iklim,” ujarnya.

Salah satu peserta, Izzah, kader Puan Muda Desa Purwosari, mengaku senang bisa belajar mengolah sampah organik menjadi produk ramah lingkungan. “Kami sering disebut kelompok rentan terdampak krisis iklim. Tapi justru kami ingin membuktikan bisa jadi pelopor perubahan dengan langkah kecil seperti ini,” katanya.

Langkah sederhana ini sejalan dengan agenda global pengurangan emisi dan pengelolaan sampah berkelanjutan. Malang, yang dikenal sebagai kota pendidikan, kini mulai menumbuhkan gerakan akar rumput dari kalangan muda untuk menjawab tantangan krisis iklim dengan cara kreatif.lia/dr/jul

Penulis: Doddy Rizky

Editor: Julio Kamaraderry

Sumber: -

© 2025 Malangdata.com