Kampung Glintung Water Street Jadi Pariwisata Berkelas Dunia, Kini Sambut ADWI 2024

Ketua RW 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Ageng Wijayakusuma merawat tanaman buah melon, Kamis (23/5). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

MALANG- Kampung Glintung Water Street, Kota Malang, Jawa Timur, menyambut gelaran Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024 dengan tetap konsisten melestarikan lingkungan kampung berbasis konservasi air.

Kampung Glintung Water Street masuk 300 besar ADWI 2024 bersama Kampung Budaya Polowijen. Adapun Kampung Wisata Warna Warni dan Kampung Wisata Sanan Tempe terhenti di 500 besar ADWI.

Pagi itu, kader lingkungan beraktivitas. Mereka membagi tugas, ada yang membersihkan drainase, ada juga yang mengepras ranting pohon. Para kader lingkungan itu, Siswoyo, Mariyono dan Amari. Sedangkan Anwar, Gunawan dan Soleh merawat tanaman melon.

“Kami bersyukur masuk 300 besar ADWI bersama Kampung Budaya Polowijen,” tegas Ketua RW 5 Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Ageng Wijayakusuma, Kamis (23/5).

Kampung Glintung Water Street meraih penghargaan kampung proklim utama nasional 2023. Penghargaan itu usai menyabet prestasi Kampung Lestari Jatim.

Urban Farming di Kampung Glintung Water Street, Kota Malang, Jawa Timur.

Kini, masyarakat menyambut ADWI dengan sukacita. Betapa tidak, kampung berbasis konservasi lingkungan ini menerapkan praktik terbaik membangun kampung ramah lingkungan dari sebelumnya terkenal langganan banjir.

Imbas mengatasi banjir melalui konservasi air nyatanya memberikan efek ganda menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan hidup. Bahkan, Kampung Glintung Water Street menjadi destinasi pariwisata hijau berkelas dunia. Pengunjung dan peneliti berbagai negara berdatangan ke kampung ini untuk studi.

“Wisatawan dan peneliti berbagai negara mengunjungi Glintung Water Street untuk studi. Mereka dari Jepang, Kanada, Australia dan Thailand,” ujarnya

Ageng menceritakan awal membangun Kampung. Semula warga tergerak memperkuat kesadaran kolektif. Partisipasi pun ditingkatkan sampai akhirnya mengatasi bencana dengan cara bersama merawat kampung. Air hujan dikelola jangan terbuang percuma dengan menerapkan sistem konservasi air.

Praktik baik mengatasi banjir itu lantaran warga gotong royong dengan dana mandiri membuat rumah pompa dan delapan sumur injeksi. Tentu, prosesnya dibantu akademisi Universitas Brawijaya, lalu Pemkot Malang turut memberikan dukungan.

Hanya butuh waktu kurang dari lima tahun untuk kompak sekaligus menguatkan kesadaran dalam mengelola lingkungan sejak 2016. Akhirnya banjir tak pernah melanda Glintung sekalipun hujan deras mengguyur kawasan Kota Malang dan sekitarnya.

Selain memperbaiki drainase untuk mengalirkan genangan ke sungai, sumur injeksi berfungsi menabung air. Setelah kelar, warga membenahi sanitasi.

Kampung padat penduduk berpenghuni sekitar 860 jiwa di lahan 5 hektare ini saluran pembuangan limbah ditata melalui perpipaan dari rumah tangga ke drainase dan gorong-gorong. Ada lima biofil menampung limbah tinja kelompok rumah tangga.

Adapun buangan air limbah yang tidak berbahaya dan tidak beracun dialirkan ke drainase yang melewati tengah gang. Drainase itu terhubung langsung dengan sungai dan sumber mata air yang airnya mengalir jernih. Di drainase itu pula sebagai kolam ikan lele dan ikan nila.

Hasil panen ikan dijual ke warga, uangnya masuk kas RW. Ikan juga dimanfaatkan untuk bahan baku bakso lele. Selain mengembangkan perikanan, warga juga membuat urban farming. Pertanian di perkotaan itu menghasilkan cabai, tomat dan sayur mayur. Tanam Bunga telang untuk produk minuman Jalang alias jahe bunga telang.

Bahkan, pengelolaan sampah per tahun menghasilkan Rp11 juta. Duitnya untuk penanganan stunting dan membangun kampung.

Kini, warga mengembangkan buah melon yang sudah panen 1,5 kuintal memanfaatkan lahan kosong di samping sungai. Setiap warga pun menerapkan inovasi tanam buah dalam pot (tabula) dan budikdamber atau budi daya ikan dalam ember.

Kampung yang semula banjir itu kini berkembang pesat menjadi destinasi pariwisata unggulan di Kota Malang. Pengunjung berbagai negara tertarik belajar praktik baik pelestarian lingkungan hidup di kampung ini.

Penulis : Bagus Suryo
Editor : Bagus Suryo
Sumber : Tugusatu.com
Copyright @malangdata.com
Baca Juga