Jakarta, Malangdata.com – Komite Litbang Mafindo telah melakukan penelitian mengenai literasi hoaks dan partisipasi politik masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan data dan mengkaji hubungan antara tingkat literasi hoaks dengan partisipasi politik, serta dampak hoaks terhadap proses demokrasi.
Septiaji Eko Nugroho, Ketua Presidium Mafindo, menyatakan bahwa survei ini merupakan bagian dari komitmen Mafindo untuk memperkuat literasi digital, terutama dalam menghadapi tantangan penyebaran informasi hoaks yang dapat mengganggu tatanan sosial, politik, dan demokrasi. “Survei ini tidak hanya memetakan kondisi literasi hoaks di masyarakat, tetapi juga menggali keterkaitan antara literasi hoaks dan partisipasi politik, yang merupakan elemen penting dalam kehidupan berdemokrasi,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa meskipun era digital memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk mengakses informasi, kemudahan ini juga membawa tantangan berupa penyebaran berita palsu yang dapat mempengaruhi opini publik dan mengancam integritas demokrasi. Oleh karena itu, survei ini dirancang untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pemahaman masyarakat terhadap hoaks, pola penyebarannya, serta dampaknya terhadap partisipasi politik.
Loina Lalolo K. Perangin-angin, Presidium Pengampu Komite Litbang/Supervisor Riset, menjelaskan bahwa survei ini diadakan karena belum ada data literasi hoaks yang memadai di Indonesia. Berdasarkan data Survei Literasi Digital Nasional 2022, hanya 7% masyarakat yang sangat yakin dapat mengenali informasi yang salah, sementara 45% berada di antara yakin dan tidak yakin.
Survei ini dilakukan di 20 provinsi, dengan 10 provinsi memiliki Tingkat Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) tertinggi dan 10 provinsi terendah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak bertahap, menghasilkan 2011 responden. Riset ini diharapkan dapat memberikan data spesifik tentang literasi hoaks masyarakat untuk merumuskan strategi dan program yang tepat.
Nuril Hidayah, Program Officer Riset, menekankan pentingnya mengukur literasi hoaks secara khusus, terutama menjelang pesta demokrasi di mana hoaks sering beredar. Riset ini juga menghubungkan literasi hoaks dengan partisipasi politik untuk melihat pengaruhnya terhadap minat masyarakat dalam berperan dalam demokrasi.
Acara Litbang Talk 2024 dilakukan secara online melalui Zoom, diikuti oleh komunitas, organisasi, jurnalis, akademisi, dan institusi lainnya. Finsensius Yuli Purnama, narasumber dalam acara tersebut, memaparkan bahwa literasi hoaks berada pada level sedang, dengan partisipasi politik juga berada pada level sedang. Dia mencatat bahwa partisipasi tertinggi terjadi di ranah online, sementara di ranah offline masih tergolong rendah.
Iji Jaelani dari Bawaslu Republik Indonesia menanggapi hasil survei dengan menunjukkan bahwa kampanye bermuatan ujaran kebencian dan hoaks masih menjadi masalah signifikan di media sosial. Indriyatno Banyumurti dari ICT Watch menambahkan bahwa media sosial tetap menjadi sumber utama informasi, meskipun banyak netizen yang masih kesulitan untuk memverifikasi informasi yang diterima.
Priscana, tim Riset dan Pelaksana kegiatan Litbang Talk 2024, menekankan pentingnya berbagi hasil temuan ini kepada pemangku kepentingan dan masyarakat umum. “Kami meyakini bahwa pemahaman yang lebih mendalam tentang literasi hoaks dan hubungannya dengan partisipasi politik masyarakat adalah langkah penting untuk memastikan pemilu yang lebih transparan dan demokratis di masa depan, terutama menjelang Pilkada 2024,” ungkapnya.
Dengan menyelenggarakan talkshow ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan membuka diskusi yang lebih luas tentang tantangan dan solusi dalam menghadapi fenomena hoaks dalam proses demokrasi. ok/ind/mir
Penulis : Doddy Rizky
Editor : Julio Kamaraderry
Sumber :
Copyright @malangdata.com
Editor : Julio Kamaraderry
Sumber :
Copyright @malangdata.com