Kopi Malang Moncer di Pasar Ekspor: Petani Ketindan Raup Untung, Pakai Teknologi AI dan IoT



Seremoni minum kopi khas Malang dalam rangka dukungan terhadap ekspor kopi lokal – petani, perwakilan GoTo Impact Foundation, dan pejabat Kabupaten Malang nikmati cita rasa kopi robusta hasil budidaya lereng Gunung Arjuno sebagai bagian dari program agribisnis kopi berkelanjutan.



Malangdata.com – Pamor kopi Malang terus melesat di kancah nasional hingga internasional. Tak hanya dikenal di pasar lokal, kopi robusta Malang kini mulai menembus pasar ekspor seperti Belanda, Amerika, dan negara-negara Eropa. Inilah bukti bahwa agribisnis kopi di Kabupaten Malang memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak ekonomi daerah.

Salah satu daerah yang tengah naik daun adalah Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Berada di lereng Gunung Arjuno, para petani kopi di desa ini mulai menikmati hasil manis. Seperti yang dialami Syukur, petani setempat yang mengelola lahan seluas 8.000 meter persegi dan mampu memanen hingga 1 ton biji kopi robusta.

“Harga jual gelondong kering bisa mencapai Rp46.000 per kilogram. Hasil ini sangat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga,” ujar Syukur, Kamis (8/5/2025).

Syukur bahkan mengintegrasikan budidaya kopi dengan peternakan kambing etawa. Pola ini kini juga mulai diterapkan oleh petani lain di wilayah tersebut.

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang, Avicenna Saniputera, peluang ekspor kopi Malang terbuka lebar. Produksi kopi robusta yang tinggi dan kualitas unggul menjadikannya primadona di pasar dunia.

“Java Coffee asal Malang kini menjadi incaran berbagai negara. Produksi kopi mentah (green bean) Kabupaten Malang telah mencapai 13.515 hingga 15.000 ton per tahun,” jelasnya.

Cita rasa khas dari lereng Gunung Semeru, Arjuno, Bromo, dan Kawi menghadirkan varian kopi dengan sensasi rasa rempah, cokelat, mentega, dan lada—yang menjadi favorit konsumen mancanegara.

Foto kolaborasi pengembangan agribisnis kopi berkelanjutan di Kabupaten Malang – perwakilan GoTo Impact Foundation, petani muda, dinas terkait, dan organisasi mitra berpose bersama sambil menunjukkan simbol komitmen, mendukung program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) untuk meningkatkan produktivitas kopi lokal

Menariknya, generasi muda petani kopi di Malang telah menerapkan teknologi pertanian berbasis kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT). Kemajuan ini berhasil mendorong efisiensi produksi dan meningkatkan kualitas kopi secara signifikan.

Program pemberdayaan ini dijalankan oleh GoTo Impact Foundation melalui inisiatif Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0, bekerja sama dengan Gandrung Tirta, yang merupakan konsorsium dari empat organisasi: Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social.

“Produktivitas meningkat 18% pada tahun pertama. Pendapatan petani juga berpotensi naik hingga 15%,” ujar Nasrullah Aziz, perwakilan Gandrung Tirta.

Program ini telah menyasar puluhan pemuda di Desa Ketindan dan akan diperluas ke lima desa lainnya, dengan target 7.500 petani kopi.

Pemkab Malang terus mendorong ekspansi dengan menargetkan peningkatan lahan dari 18.000 hektare yang ada. Produktivitas saat ini yang baru mencapai 0,8–1 ton per hektare akan dioptimalkan dengan pendampingan dan pelatihan petani secara berkelanjutan.

Lebih dari sekadar komoditas, kopi Malang kini juga diintegrasikan dengan sektor wisata pertanian (agrowisata). Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan sekaligus menambah nilai ekonomi bagi petani lokal.

“Kopi erat kaitannya dengan budaya. Kolaborasi dengan sektor pariwisata akan menjadikan kopi Malang sebagai ikon baru agribisnis sekaligus destinasi unggulan,” tutup Avicenna.

Penulis: Doddy Rizky

Editor: Julio Kamaraderry

Sumber: -

© 2024 Malangdata.com

Baca Juga