Perajin Rotan Tasikmadu Kota Malang Terima Pesanan Singgasana Raja Turki

Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat (kedua dari kiri) menganyam rotan saat mengunjungi sentra industri kerajinan rotan di Jalan Bulu Tangkis, Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (16/6). Foto: Tugusatu/Bagus Suryo

MALANG– Perajin produk kerajinan tangan berbahan rotan di Jalan Bulu Tangkis, Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur, menerima pesanan kursi anyaman model singgasana raja Turki. Bahkan, konsumen dari Eropa kerap memesan kursi raja model Italia dan Belanda.

Karena itu, Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menyatakan bakal mengembangkan sentra industri rotan menjadi destinasi pariwisata karena produk yang dihasilkan telah mendunia. Di kampung rotan tersebut para perajin kerap melayani konsumen dari Bali, Belanda, Turki dan Italia.

Berbagai produk kerajinan tangan buatan UMKM Kelurahan Tasikmadu itu sudah merambah pasar ekspor. Konsumen luar negeri demen berbagai produk anyaman rotan dari Kota Malang karena sudah terkenal lebih berkualitas.

“Saya ingin Pemkot Malang hadir dan berharap kualitas tetap terjaga. Di Kelurahan Tasikmadu ini bisa menjadi destinasi pariwisata sebagai kampung rotan,” tegas Wahyu Hidayat saat menyambangi kampung rotan di Jalan Bulu Tangkis, Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Minggu (16/6).

Penjabat Wali Kota Malang Wahyu Hidayat duduk di kursi rotan model singgasana raja Turki.

Wahyu menjelaskan produk kerajinan tangan berbahan rotan ini berkualitas unggul. Karena itu, pembeli dari Bali mengakui produk buatan perajin sehingga mereka menjadi pelanggan setia. Bahkan, pasarnya juga dari orang Belanda. Mereka kerap memesan kursi rebah berbagai model. Termasuk pelanggan dari Turki dan Italia memesan dibuatkan singgasana atau kursi raja. Kursi model itu seharga Rp1,2 juta. Dijual di Bali bisa mencapai Rp6 juta sampai Rp10 juta.

Sejauh ini, tantangan para perajin rotan skala UMKM belum memanfaatkan promosi berbasis digital dalam mengembangkan usaha. Yang mereka lakukan sebatas melayani order dengan cara pesan langsung di lokasi, yakni pembeli biasanya menghubungi melalui telepon meminta dibuatkan sejumlah kerajinan tangan.

Setelah ada kesepakatan, lalu pengorder membayar uang muka. Selanjutnya, pesanan bisa diambil di tempat sesuai jadwal yang telah disepakati.

Itu sebabnya Wahyu akan memberikan dukungan dalam hal pembinaan agar produk rotan buatan para perajin memiliki pasar lebih luas. Promosi berbasis digital akan dikembangkan karena bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas penjualan.

Di sisi lain, Pemkot Malang membantu meningkatkan kualitas produk sehingga ada jaminan mutu yang berimbas menaikkan kepercayaan pada pelanggan. Bila demikian, penjualan akan berkelanjutan sehingga mendongkrak pendapatan warga.

“Saya minta Diskoperindag dan Lurah Tasikmadu menggelar seminar dan pelatihan untuk meningkatkan mutu produk agar kerajinan rotan semakin terkenal dan memiliki pasar yang luas. Terpenting membantu promosi melalui berbagai pameran,” ujarnya.

Kampung rotan ini, lanjutnya, akan terus dikembangkan selain menjadi destinasi pariwisata juga untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. Gencar promosi menjadi yang utama dengan mengembangkan platform digital sehingga akses pasar terbuka lebar berimbas meningkatkan penjualan dan penghasilan.

Pembeli meningkat

Perajin rotan, Misfandi dan Solikah mengatakan animo pembeli meningkat selama dua tahun terakhir. Pemesan terbanyak dari Bali dan lokal Malang selain konsumen berbagai negara.

“Selama 2 tahun ini sampai kewalahan melayani pesanan. Produk paling laris keranjang sampah dan berbagai model keranjang. Sekali kirim bisa 100 set, per setnya isi 3 produk seharga Rp225.000,” tutur Musfandi.

Musfandi menggeluti usaha kerajinan rotan sejak 1977 sampai sekarang. Bapak tiga anak ini membuat produk anyaman rotan berupa tas, keranjang, vas bunga, kaca hias, wadah lampu, meja dan kursi berbagai model serta beragam produk aksesori.

Perajin mematok harga anyaman keranjang sampah berbahan rotan, pelepah pisang dan eceng gondok Rp75.000 per produk. Ada keranjang model tertentu yang pengerjaannya lebih rumit dan halus dengan harga sesuai order. Biasanya, para pedagang di Bali menjual kembali produk keranjang buatan perajin Rp500.000 hingga Rp1 juta per produk.

Kendati demikian, penghasilan perajin cukup lumayan karena meraup bisa keuntungan rata-rata Rp10 juta per bulan.

Penulis : Bagus Suryo
Editor : Bagus Suryo
Sumber : Tugusatu.com
Copyright @malangdata.com
Baca Juga