Membumikan Budaya Leluhur Bersama Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara

Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara melatih relawan dasar fotografi berbasis gawai dalam program Dukungan Institusi yang didukung Kementerian Kebudayaan, untuk mendokumentasikan kegiatan mendongeng secara optimal

Malangdata.com – Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara terus menghidupkan budaya mendongeng sebagai bagian dari warisan leluhur. Dalam langkah awal Program Dukungan Institusi yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan, mereka mengadakan pelatihan fotografi berbasis gawai untuk 10 relawan, Ahad (26/1/2025). Pelatihan ini bertujuan agar relawan mampu mengunggah dokumentasi kegiatan mendongeng di media sosial, menarik lebih banyak perhatian masyarakat.

Menurut Ketua Yayasan Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara, Yudi Agus Priyanto, program ini tidak hanya bertujuan melatih keterampilan teknis, tetapi juga untuk membumikan kembali tradisi mendongeng. “Relawan berlatih fotografi agar bisa menampilkan kegiatan mendongeng di media sosial. Harapannya, rekam jejak digital ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mendongeng kepada anak-anak,” ujarnya.

Dalam program ini, Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara menargetkan mendongeng di lima sekolah setiap bulan, mulai dari PAUD, TK, hingga SD, dengan total 1.000 siswa per tahun. Mendongeng dianggap sebagai media efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter, moral, dan akhlak pada anak-anak, sekaligus mengurangi ketergantungan pada gawai.

Menghidupkan Cerita Lokal dan Edukasi Bencana
Sanggar ini juga berkomitmen menggali cerita lokal dari Malang, seperti relief candi, sejarah, dan epos Panji yang menjadi bagian dari akar budaya Malang. “Malang kaya dengan cerita yang bisa menginspirasi para pendongeng. Kami akan melibatkan seniman, budayawan, dan sejarawan,” kata Yudi.

Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara memanfaatkan mendongeng sebagai media edukasi kreatif dan mitigasi bencana untuk anak-anak sejak dini, termasuk di wilayah rawan bencana seperti Malang

Lebih dari itu, mendongeng juga digunakan sebagai media edukasi mitigasi bencana. Kabupaten Malang yang rawan bencana seperti erupsi Semeru, gempa, banjir, dan longsor, menjadikan edukasi mitigasi bencana sejak dini sangat penting. “Kami bahkan mendongeng untuk anak-anak penyintas erupsi Semeru sebagai bagian dari trauma healing,” jelasnya.

Menjaga Tradisi Mendongeng di Era Digital
Yudi menambahkan, mendongeng adalah tradisi yang dahulu sering dilakukan orang tua sebagai pengantar tidur. Namun, di era digital, kebiasaan ini mulai tergerus. “Kami ingin mendongeng kembali menjadi bagian dari kehidupan anak-anak, menggantikan sebagian waktu yang dihabiskan dengan bermain gim di gawai,” tegasnya.

Melalui media sosial, relawan diharapkan mampu mempopulerkan kembali budaya mendongeng ke masyarakat luas, menciptakan rekam jejak digital yang dapat menginspirasi generasi mendatang untuk menjaga warisan leluhur ini.

Dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat, mulai dari pendidik hingga budayawan, Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara optimis mampu membangkitkan minat generasi muda terhadap budaya mendongeng, sekaligus menjadikan Malang sebagai pusat inspirasi cerita rakyat yang mendunia. ekw/jul


Penulis: Doddy Rizky

Editor: Julio Kamaraderry

Sumber: -

© 2024 Malangdata.com

Baca Juga