![]() |
Menparekraf Sandiaga Uno menikmati kukis onbijtkoek di Kayutangan Heritage, Minggu (28/7). Foto: Malangdata/Bagus Suryo |
Kue onbijtkoek menjadi tumpuan yang memperkuat pariwisata di Kayutangan Heritage, Kota Malang, Jawa Timur. Kue legendaris ini sudah ada sejak zaman kolonial.
Pada zaman dahulu, orang Belanda menjadikan kue onbijtkoek sebagai hidangan penting yang harus disantap setiap hari.
Saat ini, kue jadul tersebut masih eksis di zaman modern dan menjadi bagian penting dalam perkembangan pariwisata Kayutangan. Oleh karena itu, pelaku jasa pariwisata memanfaatkan peluang besar di sektor kuliner sebagai sumber keuntungan.
Selain onbijtkoek, masih ada lagi tempat makan populer di Kayutangan. Wisatawan dapat mengunjungi gubuk lombok, hamur mbah ndut, ngoenjoek djamoe, kedai kopi 1870, jengki, dawet ireng, warung mak nap dan kedai mak ipah.
Kukis onbijtkoek yang dibanderol dengan harga antara Rp40.000 hingga Rp65.000 cocok dijadikan oleh-oleh saat mengunjungi Kayutangan Heritage. Bahkan, wisatawan bisa menyaksikan proses pembuatan kue di koridor dalam kampung.
"Kue onbijtkoek ini salah satu produk unggulan Kayutangan," tegas Nikmatur Rohmah, Koordinator UMKM Kayutangan Heritage Kota Malang, Minggu (28/7).
Dijelaskannya, onbijtkoek sebagai roti khas Kayutangan ini sengaja disajikan dalam bentuk kue basah dan kering. Hingga kini, keberadaan roti ini populer untuk oleh-oleh.
Minat wisatawan untuk membeli kue legendaris ini sangat tinggi.
Tak hanya lezat, tapi juga meninggalkan kenangan abadi. Sebab, Kayutangan punya sejarah.
Warga Kayutangan pun kini merasakan manfaatnya. Munculnya UMKM sejalan peningkatan wisatawan secara otomatis mendongkrak pendapatan masyarakat.
"Saat ini ada 258 UMKM di Kayutangan, naik dari semula 50 UMKM pada tahun 2018. Jumlah tersebut meningkat dalam dua tahun terakhir," ujarnya.
Astufa, UMKM produk minuman kopi dan aneka jajanan di Gang IV Kayutangan mengaku bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp500.000 per hari. Wisata Kayutangan kini memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan warganya.
"Rata-rata saya mendapat penghasilan Rp300.000 per hari, tapi kalau turis banyak bisa mencapai Rp500.000 per hari," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meminta Kota Malang turut serta di kancah internasional. Termasuk pengembangan optimal 17 subsektor ekonomi kreatif (ekraf).
Sebab, lanjutnya, Malang merupakan kota yang rumah bagi wisatawan. Namun, baru kuliner dan fesyen yang berkembang dari 17 subsektor ekraf.
"Industri kreatif lainnya seperti film, animasi, dan kriya kurang terlihat dan ini yang kami dorong," ucapnya.
Reporter/Editor: Bagus Suryo
Sumber: Tugusatu.com